Saturday, 3 October 2009

SELAMAT TINGGAL BELAHAN JIWAKU

0 comments
Mungkin aku hanya bisa berkata maaf… maaf dan maaf… Kata inilah yang kini sering kuucapkan, buat belahan jiwaku yang memang harus aku tinggalkan. Bukan… bukan karena aku tidak lagi menyayangimu, tapi justru sebaliknya aku sangat sayang sekali padamu. Aku terpaksa meninggalkanmu, aku terpaksa menjauhi dan aku terpaksa tidak lagi mengajakmu. Walaupun hati ini merasa tidak rela untuk melepaskanmu. Tapi sekali lagi keadaan yang membuat aku harus melakukan hal ini, aku harus meninggalkanmu demi kebaikan mu dan diriku, demi kebaikan kita berdua.

Aku tak pernah meragukan kesetianmu. Kau telah membuktikan itu semua. Kau selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Kau tak pernah protes saat aku ajak berjalan jauh ditengah terik matahari. Kau tak pernah mengeluh saat ku ajak berdesak-desakan di KRL Jakarta – Depok. Kau hanya diam saat ku ajak menerobos banjir yang menggenangi Jakarta beberapa tahun lalu. Dan kau tak pernah merasa minder saat kau harus menemaniku ketempat-tempat dimana kau tak pernah dianggap oleh sekelilingmu. Sekali lagi, aku tak pernah meragukan ketulusanmu. Sudah cukup bukti yang menggambarkan kesetiaanmu dan pengorbananmu untuk ku. Dan aku tak kan pernah sanggup menguraikan satu perasatu bukti pengabdianmu pada diriku. Kau telah membuatku percaya diri saat kita berjalan bersama.

Ya… aku ingat, ketika kau menemaniku mendaki gunung bersama sahabat-sahabatku. Aku hampir saja kehilanganmu, karena waktu itu aku sempat tergelincir. Aku ingat saat aku harus menunggu jadwal penerbanganku yang didelay dengan seenaknya oleh maskapai tertentu, yang membuatku begitu bosan, kau dengan setia bersamaku. Aku ingat saat sahabatku merasa tak nyaman karena aku mengajakmu ikut bersamaku. Aku ingat, betapa beraninya kau menemaniku untuk menemui kakaku di asrama militer tempat beliau menjalani pendidikannya. Dan aku juga ingat, kau acuhkan beberapa pasang mata provost yang menantapmu dengan sinis, saat kita berdua melewati mereka.

Dulu memang aku begitu membelamu, melindungi dari tangan-tangan usil yang ingin memisahkan kita. Aku rela dikeluarkan dari ruang kelas saat dosenku memintaku untuk tidak mengajakmu serta saat kuliah. Aku tak takut saat kakakku marah melihat mu bersamaku waktu aku menjenguknya di asrama militer. Aku juga tak peduli saat ku mendengar gunjingan-gunjingan orang, saat mereka melihat ku bersama mu di hotel berbintang itu. Dan aku rela berdebat dengan sahabat-sahabatku ketika mereka keberatan untuk mengajak mu ikut bersama kami.

Tapi tidak untuk hari ini dan seterusnya. Cukup sudah kebersamaan kita sampai disini. Aku tak bisa membohongi hatiku sejak kejadian itu saat kita berada di Palembang beberapa waktu lalu, aku merasa kau tak pantas lagi untuk mendampingiku, kemanapun aku pergi. Itu kulakukan karena aku ingin menjauhimu. Maaf jika aku terkesan mencampakkanmu, aku tahu kamu pasti sakit hati dengan perlakuanku ini, tapi itulah kenyataan yang harus kau terima, kita tak mungkin bersama lagi karena

kondisi dan keadaan ini. Belajarlah untuk menerima kenyataan. Ingat kebersamaan kita ini hanya bersifat sementara, cepat atau lambat kita memang harus berpisah. Dan kita harus bisa menerima itu.

Cobalah kau merenung, dan berkaca agar kamu bisa berpikir jernih.Coba kau tanyakan pada hati nuranimu, apakah kamu masih pantas untuk menemaniku. Apakah aku salah jika aku meninggalkamu. Lihat.. lihatlah kondisimu sekarang, kau sudah tak layak untuk bersanding denganku.


Aku tak mau terluka karena keadaanmu sekarang. Maaf kan aku, kalau kini aku sudah menemukan penggantimu. Dia lah kelak yang akan menemaniku kemana aku pergi. Sekali lagi aku hanya bisa bilang maaf, aku harus melakukan hal ini. Dan untuk kesekian kalinya ku bilang ini karena kondisi dan keadaan yang memaksaku untuk melakukannya.

Yakinlah padaku bahwa kamu takan tergantikan dihatiku. Kenangan-kenangan indah saat bersama denganmu takan pernah bisa aku lupakan. Kenangan-kenangan itu akan selalu selalu terpatri didasar relung hatiku ini. Walau kini aku telah menemukan penggantimu, tapi kau tetap memiliki kisah tersendiri yang akan mewarnai kehidupanku. Selamat tinggal belahan jiwaku, terima kasih atas kesediaanmu yang selalu menemaniku dengan sabar dan tak pernah mengeluh kemanapun aku pergi. Maafkan aku, jika aku harus meninggalkanmu.

No comments: