Saturday, 17 October 2009

0 comments
KISAH SEORANG RAJA

Awal kisah, disebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintas tempat itu. Bayi singa itu menggerak-gerakan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinnya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.

Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangantan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja sang induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu.

Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambng dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak-anak kambing lainnya. Tiangkah lakunya juga persis layakna kambing. Bahkan anak singa yang mulai beranjak besar itupun mengeluarkan suara layaknya kambing. Ia mengembik bukan mengaum!

Ia merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.

Suatu hari terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk di mangsa. Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakuan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.

“Kamu serigala cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan auman mu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan” Kata ibu induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.

Tapi anak singa yang sejak kecil hidup ditengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung dibalik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusunya diterkam dan dibawa lari serigala.

Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah.

“Seharunya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudara mu! Seharusnya kau bisa mengusir serigala yang jahat itu!”.

Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing yang lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya

dicengkram serigala. Dengan nekad ia lari dan menyerundukk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa dihadapannya. Ia melepaskan cengkramannya.

Serigala itu gemetar ketakutan, nyalinya habis, ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya. Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras, Emmbiiiik! Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang-ancang untuk menyeruduk lagi. Melihat tingkah anak singa itu, serigala ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada dihadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.

Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa atau singa bermental kambing. Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya.

Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa itu raja hutan?

Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi anak singa itu. Disaat yang keritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerja sang serigala. Sang serigala terpelanting, Anak singa bangun. Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat.

Semua kambing ketakutan dan merapat, anak singa itu juga ikutan merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut ditengah kawanan anak kambing itu ada seekor anak singa. Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari dan anak singa itu pun ikutan lari. Singa itu masih tertegun Ia heran kenapa anak singa itu ikutan lari mengikuti kambing? Ia mengejar dan berkata, “Hai kamu jangan kari, kamu anak singa bukan kambing, aku tak akan memangsa anak singa.

Namun anak singa itu terus berlari dan berlari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap, dan ia terlihat begitu ketakutan. “Jangan bunuh aku, ampun!”. “Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa” Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata, “Tidak aku anak kambing, tolong lepaskan aku”. Anak singa itu meronta dan berterik keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.

Sang singa dewasa hera bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih aiirnya, ia meminta anak singa melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa. Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa si raja hutan”.

“Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing” tegas singa dewasa. “Jadi aku bukan kambing? Aku adala seekor singa, raja hutan yang beribawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan”. “Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan” Kata sang singa dewasa. Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum keras. Ya mengaum dengan menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari itu serigala ganas itu berlari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu. Anak singa itu kembali berteriak dengan penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa, raja hutan yang gagah perkasa”. Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.

No comments: