Sunday, 6 June 2010

Melawan Arus Keberhasilan

0 comments
Dalam memperjuangkan keberhasilan atau kesuksesan, baik dalam karier maupun dalam mengembangkan perusahaan, banyak caranya. Salah satu cara itu sering kita dengar: “jangan melawan arus!” Kemauan pasar harus direspons. Persaingan produk harus diperhatikan dengan cara yang telah digariskan bersama dan menjadi budaya perusahaan untuk menyiasatinya. Dengan kata lain, kita harus berjalan di jalur yang benar, terarah, dan tidak mengganggu “pandangan dan pendapat” umum tentang kaidah atau norma yang berlaku.

Namun, sempatkah terbersit sekilas saja bahwa di sela-sela kesibukan di kantor, Anda perlu juga sesekali mencoba “melawan arus”; melakukan tindakan yang mungkin saja tidak dilakukan orang lain. Sempatkah Anda terpikir bahwa sesekali Anda perlu meningkatkan kualitas diri dan mutu produk dengan cara “melawan arus”, cara yang tidak biasa dilakukan orang kebanyakan? Mungkin poin-poin berikut dapat menjadi pertimbangan Anda.

1. Bekerja Lebih Santai

Menerapkan strategi “melawan arus” berarti Anda memancing suatu perbedaan dengan pandangan umum. Ketika orang lain memilih jalan yang umum, misalnya bekerja keras agar berhasil dalam bidang kerja yang digelutinya, terpetikkah di dalam benak Anda untuk mengatakan, “bekerja lebih santai untuk sukses bukankah semakin asyik?” Apa bisa kita lakukan?

Berikut ini ilustrasi sederhananya.

Seorang supervisor suatu perusahaan memiliki etos kerja yang luar biasa; anak buahnya tidak meragukan pribadi sang pemimpinnya ini. Semua pekerjaan mampu dituntaskannya dengan tepat waktu, dan dia mampu melakukan rangkap-rangkap tugas, tanpa bantuan anak buahnya. Ya, anak buahnya hanya melakukan tugas yang ringan-ringan saja, tanpa sedikit pun diberi tugas-tugas yang menantang. Dia ingin “memanjakan” anak buahnya.

Namun, banyak rekan kerja melihatnya sebagai pribadi yang sangat keras dalam bekerja, tanpa ada waktu untuk bersantai. Ini karena semua pekerjaan berat dilakukannya sehingga pikiran dan fokusnya terserap untuk selalu mencari solusi-solusi jitu “berkelas berat”. Akhirnya, memang si supervisor meraih kesuksesan dengan kerja kerasnya.

Berbeda dengan si pemimpin lain perusahaan, yang juga menuai sukses dengan cara berbeda. Dia bekerja lebih santai, lebih enjoy, dan dapat menikmati saat-saat terindah juga saat-saat teduh bersama sahabat dan keluarga. Apa yang dilakukan si pemimpin ini? Dia dengan cerdas mendelegasikan tugas kepada anak buahnya dengan sangat baik dan transparan. Meskipun pekerjaan berat, dia tetap memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk mengerjakannya dalam satu tim yang kompak. Dia suka berdiskusi dengan efisien dan selalu memecahkan setiap persoalan melibatkan tim kerjanya. Lebih bermakna lagi, setiap anggota tim merasa “terlibat” sehingga tertanam dalam benak setiap rekan kerjanya untuk memiliki tanggung jawab menjaga nama baik tim kerja dan perusahaannya.

Apabila ada suatu kesalahan atau hal-hal yang perlu dievaluasi, dengan bijak dan tetap enjoy, si pemimpin melakukannya dalam tahapan yang jelas dan terarah. Tidak ada emosi meluap-luap, bahkan sikap bijak dan rasa saling menghargai semakin terpupuk dengan baik di saat-saat beberapa orang melakukan kesalahan. Selipan-selipan humor pun tidak pernah dilupakannya. Akhirnya, si pemimpin dan anak buahnya merasakan keberhasilan, dengan cara yang lebih santai, tanpa kehilangan seluruh waktunya hanya untuk pekerjaan, karena masih ada waktu untuk bersyukur dan berbagi berkat dengan orang lain. Jadi, “melawan arus” dalam pekerjaan, “santai, tapi sukses”, melibatkan setiap pribadi di dalamnya, masih bisa kita lakukan, bukan? Berkat pun tidak pernah putus dalam jalan karier Anda.

2. “Harus Gagal!”

Anda pasti sangat sering mendengar anjuran “harus sukses” dalam karier. Apalagi perusahaan tempat Anda bekerja menjanjikan jenjang karier yang jelas. Mungkin tidak pernah terdengar masukan bahwa Anda “harus gagal” supaya Anda berhasil. Kedengaran sangat lucu, tidak logis dan terkesan menjerumuskan ke dalam penderitaan karena kegagalan itu pahit. Ya, kegagalan itu tidak mengenakkan, maka sering kali orang menasihatkan kepada Anda untuk “jangan gagal untuk kedua kalinya” atau “ketiga kalinya”.

Banyak orang kemudian berhenti berusaha ketika mengalami kegagalan untuk kedua kali juga ketiga kalinya. Bahkan, sekali gagal, kita terjebak untuk tidak berusaha lagi. Sekali produk Anda kalah bersaing, sekali itu pula Anda berhenti menjalankan usaha. Sekali merek Anda jeblok di pasaran, sekali itu pula Anda takut mencoba lagi dengan menciptakan produk yang lebih berkualitas. Cobalah sesekali melawan arus, bahwa “sampai kesekian kali gagal, saya akan terus mencoba lagi” selama masih dikaruniai akal sehat-pikiran jernih dan hati yang selalu terjaga untuk memperbaikinya.

Ingatlah bahwa banyak orang sukses “harus (terpaksa) gagal”, kemudian ikhlas menerima kegagalan terlebih dahulu, sebelum menikmati buah keberhasilan. Kegagalan mereka bahkan sering berulang kali, tidak hanya sekali dua kali, dan sangat menyakitkan hati. Namun, dengan kedisiplinan dan usaha yang cerdas-kreatif, pantang menyerah, mereka terus bangkit untuk meneruskan cita-cita atau impian terbesar mereka.

Dengan demikian, ketika Anda “melawan arus” bahwa berulang kali gagal tetap berusaha, kesempatan untuk berhasil dalam bidang Anda selalu terbuka. Ketika banyak orang tidak mau gagal untuk kedua kali juga ketiga kali, katakan kepada diri sendiri “gagal untuk keempat dan kelima kali pun” saya tetap berusaha. Mungkin memang persaingan sangat berat dan harus saya hadapi dengan “coba-coba” terus-menerus mencari jurus jitu untuk memenangkannya. Jadi, ungkapan “harus gagal” akan menjadi sama baiknya dengan nasihat “harus sukses” bila Anda mampu memberi makna dengan sempurna.

3. “Mudahlah Tersinggung!”

Nasihat yang luar biasa bijak dan memiliki kearifan tinggi sering kali Anda dengar: “jangan mudah tersinggung, tata dirilah dengan baik!” Apalagi ketika Anda harus bekerja dalam satu tim di perusahaan tempat Anda berkarya. Namun, sesekalilah “melawan arus’: “mudahlah tersinggung dan jangan berdiam diri ketika ada yang tidak beres dalam hidup sehari-hari Anda.” Mudahlah tersinggung ketika perusahaan Anda sedang mengalami tantangan yang lebih hebat untuk peningkatan kualitas. Jangan berdiam diri; bergeraklah dengan cepat untuk meresponsnya.

Banyak orang memiliki reaksi yang biasa-biasa saja atas suatu perubahan. Banyak orang pula yang tidak cepat merespons kesempatan ketika datang peluang untuk menang. Rasa ketersinggungan mereka terhadap situasi dan kondisi tidaklah terlalu hebat karena sudah merasa puas dengan apa yang terjadi saat ini. Kalau toh sedang terjadi masa krisis, tidak ada upaya lebih untuk menyiasatinya. Lawanlah arus itu! Kembangkan kepekaan diri, jadikan pribadi Anda sebagai pribadi yang mudah tersinggung ketika situasi dan kondisi menuntut respons terbaik Anda.

4. Sekali-kali Tutuplah Pintu Pertolongan!

Ketika kita mengalami “guncangan”, tantangan ataupun persoalan, apalagi dalam perjalanan karier, tidak salah kok seandainya meminta bantuan kepada orang lain. Itu pula yang sering dinasihatkan banyak orang, dan normatif, biasa-biasa saja; mintalah bantuan rekan kerja atau atasan Anda. Namun, bagaimana bila pertolongan itu tidak kunjung datang? Tidak ada pertolongan sama sekali! Secara normatif, seperti arus kebanyakan, kita terpancing untuk menyerah. Orang lain pun bisa memaklumi situasi seperti ini, karena memang Anda tidak berdaya lagi. Perusahaan mungkin juga memahami kerepotan Anda dan manajemen tidak menjatuhkan sanksi karena sudah melihat usaha Anda. Tidak ada yang salah dalam diri Anda, bukan?

Tapi, tunggu dulu. Pikirkan kembali apakah Anda memang sudah tidak berdaya. Apakah karunia energi, kekuatan terdalam di dasar hati, benar-benar sudah Anda manfaatkan atau memang sengaja Anda hilangkan? Cobalah sesekali “melawan arus” bahwa Anda harus membiasakan diri untuk tidak mudah meminta pertolongan di saat tugas dan tanggung jawab menuntut upaya lebih keras dan cerdas dari diri Anda. Ingatlah bahwa persaingan di luar sana sering kali kejam; tidak memiliki toleransi berlebihan terhadap produk Anda. Begitu produk Anda kalah kualitas, selesai sudah. Itu yang sering terjadi.

Untuk itu, perlu pribadi-pribadi yang luar biasa untuk memenangkan persaingan di luar sana dan perusahaan pasti menuntut Anda memiliki “kemampuan lebih”. Untuk mencoba menggembleng pribadi Anda, tutuplah erat pintu pertolongan dan cobalan cari sumber kekuatan itu dari dalam diri sendiri. Biasakan diri Anda untuk mengatasi persoalan itu, tanpa bantuan orang lain, sesulit apa pun. Berdayakan diri sendiri untuk setiap persoalan pribadi yang sebenarnya bisa diatasi; meskipun persoalan itu sangat berat.

Ketika dalam “arus utama”, orang lain sibuk mencari bantuan ke sana kemari, Anda sebaliknya, memiliki pribadi yang bertumbuh dengan luar biasa, tidak merepotkan orang lain, bahkan memberi napas dan inspirasi kekuatan kepada orang lain untuk tetap bersemangat dalam menikmati pekerjaan dan persaingan. Ini karena kebiasaan Anda yang sudah tertanam di dalam hati dan pikiran bahwa betapa pun besar persoalan, Anda bisa mengatasinya, tidak terpancing untuk selalu minta bantuan.

Dengan menghadapi tantangan hidup seorang diri, berbekal mental yang kuat, hati yang ikhlas dan rasa syukur, Anda pun akan memeroleh kekuatan yang jauh lebih besar dan hebat. Kesulitan dapat Anda atasi karena Anda “terpaksa” mencari cara sendiri, dalam kreativitas yang penuh pengorbanan, tanpa pertolongan. Anda akan takjub dengan diri sendiri karena “ternyata saya bisa melakukannya”. Ternyata Anda mampu menciptakan langkah yang jauh lebih hebat, yang tidak Anda kira sebelumnya, karena tantangan hidup yang besar itu memaksa Anda mengalahkannya.

***

JADI, ketika Anda mulai membangun merek atau produk perusahaan, ketika Anda sedang membenahi kinerja tim, ketika Anda menyadari harus memenangkan persaingan, “melawan arus” itu perlu. Jangan puas dengan cara yang biasa-biasa saja, jangan merasa aman dan nyaman dengan kualitas yang ada saat ini, karena setiap momen perlu dicermati. Harus ada perubahan ke arah yang lebih baik, dan itu bisa Anda lakukan dengan cara yang “luar biasa” (tidak dengan cara yang biasa). Oke, sudah siap memikirkan langkah-langkah baru untuk “melawan arus” menuju keberhasilan?

No comments: